Sport_Medicine_Online
ANAK DAN USIA REMAJA
PENDAHULUAN
Harsono (2000) menyatakan bahwa sebelum memberikan aktivitas fisik atau olahraga yang sesuai bagi anak usia dini (6-14 tahun), sebaiknya harus mengetahui dan disesuaikan dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak, baik pertumbuhan fisik, maupun mental emosionalnya. Lebih lanjut menurut Agus Mahendra (2003) menyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak, serta memperhatikan beberapa pertimbangan diantaranya: 1) dasar-dasar pengembangan program, 2) pola pertumbuhan dan perkembangan anak, 3) dorongan dasar anak-anak, dan 4) karakteristik serta minat anak.
Pemanasan mempersiapkan tubuh untuk aktivitas, serta membantu untuk mencegah cedera otot, yang dapat lebih rentan terhadap cedera saat dingin (www.primaryresources.co.uk). Pemanasan merupakan salah satu bagian dasar dari program latihan permulaan (conditioning program). Pemanasan terdiri dari sekelompok latihan yang dilakukan pada saat hendak melakukan aktivitas olahraga (Alter, Michael J, 2003).
Pada anak-anak sebelum masuk ke materi atau latihan inti sebaiknya didahului dengan pemanasan. Pemanasan merupakan suatu elemen penting untuk pelajaran pendidikan jasmani, memperkenalkan pengetahuan tentang gerakan-gerakan baru dalam olahraga. Selain itu pemanasan membantu membangun interaksi sosial antara individu anak (www.limerickcitysports.ie).
Pemanasan dapat dimulai dengan berjalan, berlari-lari kecil, senam, atau juga dapat dengan modifikasi berupa permainan dengan intensitas yang cukup karena Pemanasan berguna untuk menghangatkan suhu otot, melancarkan aliran darah dan memperbanyak masuknya oksigen ke dalam tubuh, memperbaiki kontraksi otot dan kecepatan gerak refleks, juga untuk mencegah kejang otot (carapedia.com).
Idealnya pemanasan biasanya tergantung pada olahraga, tingkat persaingan dan umur peserta. Sebuah pemanasan harus menggabungkan kelompok otot dan kegiatan yang diperlukan selama pelatihan atau kompetisi. Intensitas dari pemanasan harus dimulai pada tingkat rendah secara bertahap membangun ke tingkat intensitas yang diperlukan selama pelatihan atau kompetisi. Bagi sebagian atlet 5-15 menit sudah mencukupi. Namun dalam cuaca dingin durasi pemanasan harus ditingkatkan (Jhon Byl, 2004).
Tanpa pemanasan yang memadai sebelum melakukan aktivitas latihan yang dominan menggerakkan otot , sendi dan tulang akan dapat mengakibatkan cedera pada otot dan cedera sendi . Tentu saja, cedera akan sangat mengganggu aktivitas dan mungkin sangat menyakitkan dan membutuhkan perawatan medis lebih lanjut . Cedera otot bisa keseleo , salah urat , keseleo , kram otot , nyeri otot , dan sebagainya.
Peregangan dilaksanakan sebelum dan sesudah latihan atau pertandingan. Dalam pemanasan, peregangan ditampilkan pada aktivitas pertama.

Selain menggunakan tali,
lempar tangkap dapt pula dilakukan dengan menggunakan sinpai atau dengan
pengungkit yang di injak sendiri agar kantong bisa melayang kemudian ditangkap.
Sedangkan menurut Jhon Byl (2004) menyatakan bahwa pemanasan tubuh dalam sebuah kelas pendidikan jasmani harus dilakukan dalam bentuk permainan rekreasi. Pada anak-naka usia sekolah dasar harus diberikan pemanasan yang membuat lebih banyak bergerak. Adapun pemanasan dalam bentuk permainan yaitu :
ANAK DAN USIA REMAJA
Aminuddin, S.Or.,M.Kes (Praktisi sekaligus Akademisi bidang Ilmu Kesehatan dan Olahraga) |
PENDAHULUAN
Kegiatan
pemanasan harus dimasukkan ke dalam pelatihan apapun serta rutinitas sebagai
kompetisi. Pada dasarnya dalam setiap proses pembelajaran cabang olahraga baik
dalam cabang olahraga senam, atletik, maupun permainan, selalu diawali dengan pemanasan.
Pemanasan merupakan awal kegiatan dalam setiap pembelajaran olahraga. Setiap
pembelajaran, pemanasan memberikan peranan penting untuk membawa anak atau
menanamkan kesan pertama kepada anak tentang apa yang akan dilakukan pada inti
pembelajaran.
Harsono (2000) menyatakan bahwa sebelum memberikan aktivitas fisik atau olahraga yang sesuai bagi anak usia dini (6-14 tahun), sebaiknya harus mengetahui dan disesuaikan dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak, baik pertumbuhan fisik, maupun mental emosionalnya. Lebih lanjut menurut Agus Mahendra (2003) menyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak, serta memperhatikan beberapa pertimbangan diantaranya: 1) dasar-dasar pengembangan program, 2) pola pertumbuhan dan perkembangan anak, 3) dorongan dasar anak-anak, dan 4) karakteristik serta minat anak.
Pemanasan mempersiapkan tubuh untuk aktivitas, serta membantu untuk mencegah cedera otot, yang dapat lebih rentan terhadap cedera saat dingin (www.primaryresources.co.uk). Pemanasan merupakan salah satu bagian dasar dari program latihan permulaan (conditioning program). Pemanasan terdiri dari sekelompok latihan yang dilakukan pada saat hendak melakukan aktivitas olahraga (Alter, Michael J, 2003).
Pada anak-anak sebelum masuk ke materi atau latihan inti sebaiknya didahului dengan pemanasan. Pemanasan merupakan suatu elemen penting untuk pelajaran pendidikan jasmani, memperkenalkan pengetahuan tentang gerakan-gerakan baru dalam olahraga. Selain itu pemanasan membantu membangun interaksi sosial antara individu anak (www.limerickcitysports.ie).
Pemanasan dapat dimulai dengan berjalan, berlari-lari kecil, senam, atau juga dapat dengan modifikasi berupa permainan dengan intensitas yang cukup karena Pemanasan berguna untuk menghangatkan suhu otot, melancarkan aliran darah dan memperbanyak masuknya oksigen ke dalam tubuh, memperbaiki kontraksi otot dan kecepatan gerak refleks, juga untuk mencegah kejang otot (carapedia.com).
Idealnya pemanasan biasanya tergantung pada olahraga, tingkat persaingan dan umur peserta. Sebuah pemanasan harus menggabungkan kelompok otot dan kegiatan yang diperlukan selama pelatihan atau kompetisi. Intensitas dari pemanasan harus dimulai pada tingkat rendah secara bertahap membangun ke tingkat intensitas yang diperlukan selama pelatihan atau kompetisi. Bagi sebagian atlet 5-15 menit sudah mencukupi. Namun dalam cuaca dingin durasi pemanasan harus ditingkatkan (Jhon Byl, 2004).
Tanpa pemanasan yang memadai sebelum melakukan aktivitas latihan yang dominan menggerakkan otot , sendi dan tulang akan dapat mengakibatkan cedera pada otot dan cedera sendi . Tentu saja, cedera akan sangat mengganggu aktivitas dan mungkin sangat menyakitkan dan membutuhkan perawatan medis lebih lanjut . Cedera otot bisa keseleo , salah urat , keseleo , kram otot , nyeri otot , dan sebagainya.
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Pemanasan
Secara mendasar
terdapat empat tahapan dalam melakukan latihan fisik, yaitu latihan peregangan (stretching),
latihan pemanasan (warm-up), pelaksanaan latihan (latihan inti) dan
latihan yang ditujukan untuk pendinginan (cool-down)
atau pemulihan (Fox et al, 1993). Latihan pemanasan (Warming-up) merupakan
salah satu bagian dasar dari program latihan permulaan (conditioning program), latihan pemanasan terdiri dari sekelompok
latihan gerakan yang dilakukan pada saat hendak melakukan aktivitas olahraga.
Dengan melakukan latihan pemanasan tersebut diharapkan akan memberikan
penyesuaian pada kondisi tubuh dari keadaan istirahat sebelum melakukan aktivitas olahraga.
Latihan pemanasan diharapkan dapt memperbaiki penampilan seorang atlet serta dapat mengurangi kemungkinan terjadinya cedera pada saat latihan memobilisasi. Latihan pemanasan yang dilakukan sebelum aktivitas yang sesungguhnya, merupakan suatu cara untuk menyiapkan tubuh dalam menghadapi aktivitas yang sesungguhnya, merupakan suatu cara untuk menyiapkan tubuh dalam menghadapi aktivitas yang lebih berat dan sebagai pencegah terjadinya cedera (J.After Michael, 2003). Dengan latihan pemanasan tersebut dapat merangsang jantung dan paru-paru, aliran darah serta temperatur tubuh dan otot (Strauss, 1979).
Latihan pemanasan diharapkan dapt memperbaiki penampilan seorang atlet serta dapat mengurangi kemungkinan terjadinya cedera pada saat latihan memobilisasi. Latihan pemanasan yang dilakukan sebelum aktivitas yang sesungguhnya, merupakan suatu cara untuk menyiapkan tubuh dalam menghadapi aktivitas yang sesungguhnya, merupakan suatu cara untuk menyiapkan tubuh dalam menghadapi aktivitas yang lebih berat dan sebagai pencegah terjadinya cedera (J.After Michael, 2003). Dengan latihan pemanasan tersebut dapat merangsang jantung dan paru-paru, aliran darah serta temperatur tubuh dan otot (Strauss, 1979).
Pemanasan
hendaklah terdiri dari tiga bagian yaitu : peregangan (streching) yang bertujuan untuk memperluas gerak sendi, dan sangat
membantu pada penampilan tehnik seorang atlet. Disamping itu juga dapat
mencegah terjadinya cedera, yaitu adanya sobekan pada serabut otot dan jaringan
ikat serta mencegah terjadinya rasa sakit atau kaku pada otot, Senam (calasthenic) yang bertujuan untuk
mengembangkan kekuatan otot dan daya tahan, aktivitas formal (formal activity) biasanya digunakan
dalam program aerobik, dengan tujuan untuk meningkatkan koordinasi gerak dengan
menyerupai aktivitas sesungguhnya (Fox et.al., 1993).
Dengan adanya peningkatan temperatur akibat melakukan pemanasan menyebabkan aktivitas dan reaksi metabolisme, meningkatkan penggunaan oksigen yang menyebabkan sirkulasi darah bertambah cepat, kecepatan dan kekuatan kontraksi serta penghantaran impuls lebih cepat, dan denyut nadi meningkat sesuai dengan peningkatan temperatur tubuh. Latihan pemanasan akan membantu melebarkan pembuluh darah otot dan secara bertahap dapat meregangkan tendon serta ligamen, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya cedera (Fox et al., 1993).
.2. Manfaat Pemanasan
Dengan adanya peningkatan temperatur akibat melakukan pemanasan menyebabkan aktivitas dan reaksi metabolisme, meningkatkan penggunaan oksigen yang menyebabkan sirkulasi darah bertambah cepat, kecepatan dan kekuatan kontraksi serta penghantaran impuls lebih cepat, dan denyut nadi meningkat sesuai dengan peningkatan temperatur tubuh. Latihan pemanasan akan membantu melebarkan pembuluh darah otot dan secara bertahap dapat meregangkan tendon serta ligamen, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya cedera (Fox et al., 1993).
.2. Manfaat Pemanasan
Kebanyakan orang yang melakukan aktifitas fisik secara teratur,
sependapat bahwa ia memiliki alasan bahwa apa yang ia lakukan menyebabkan badan
merasa lebih enak. Sehingga mereka dapat dikatakan lebih mementingkan kesehatan
oleh aktifitas fisik yang teratur. Maka menurut Mangi R, Jokl P., dayton W., (1987) perlu diketahui, dengan melihat
manfaat pemanasan dari tiga segi yaitu,
1.
Fisiologis
pemanasan
Secara fisiologis
melakukan latihan pemanasan akan meningkatkan suhu tubuh dan otot. Contoh
meningkatnya suhu tubuh dan otot akan meningkat dalam : aktivitas enzim,
meningkatkan peredaran darah dan penyediaan oksigen, dan waktu kontraksi secara
reflex (Fox et al., 1993). Sedangkan Bompa (1999) mengatakan sebagai akibat
dari pemanasan yang dilakukan, suhu tubuh akan meningkat yang merupakan salah
satu faktor yang memudahkan dalam unjuk kerja.
Selanjutnya pemanasan akan merangsang aktivitas sistim syaraf pusat yang mengkoordinir sistim organisme, mempercepat waktu reaksi motorik dan memperhatikan koordinasi. Mekanisme fisiologis yang terlibat dalam proses pemanasan hampir semuanya tergantung pada temperatur. Selanjutnya yang ditingkatkan temperatur adalah :
Selanjutnya pemanasan akan merangsang aktivitas sistim syaraf pusat yang mengkoordinir sistim organisme, mempercepat waktu reaksi motorik dan memperhatikan koordinasi. Mekanisme fisiologis yang terlibat dalam proses pemanasan hampir semuanya tergantung pada temperatur. Selanjutnya yang ditingkatkan temperatur adalah :
1.1. Meningkatkan
laju metabolik ( pada titik sekuler) dengan cara menurunkan tingkat kritis
untuk terjadinya reaksi kimia yang penting. Hal ini berarti penggunaan substrat
akan efisien dan keadaan ini penting bagi penyediaan energi yang dibutuhkan
untuk aktivitas fisik.
1.2. Lebih
mempercepat dan menyempurnakan disosiasi oksigen dari hemoglobin .
1.3. Memperbesar
pelepasan oksigen dari mioglobin
1.4. Mempercepat
dan menguatkan kontraksi otot .
1.5. Memperbesar
kepekaan reseptor syaraf dan kecepatan transmisi dari impuls syaraf ( fungsi
system syaraf meningkat ).
1.6.
Merangsang pelebaran pembuluh darah sehingga meningkatkan
aliran darah pada tempat tertentu.
2. Psikologis pemanasan
Meskipun aspek ini belum banyak diteliti namun banyak
terlihat bahwa,
2.1. Atlet yang melakukan pemanasan cenderung lebih
siap mental untuk menghadapi suatu event tersebut.
2.2. Pemanasan
bisa menjadi ajang/area yang pas untuk melepas kecemasan atlet .
2.3. Atlet
tertentu memanfaatkan periode pemanasan untuk berkonsentrasi. Hal ini penting
untuk menyulut dan meningkatkan agresifitas.
3. Pencegahan cedera
Peningkatan temperatur jaringan yang dihasilkan selama
pemanasan akan mengurangi kejadian dan kemungkinan cedera pada otot. Sebagai
contoh : elastisitas otot tergantung dari baik buruknya aliran darah. Otot yang
tidak panas, volume darahnya rendah sehingga lebih rentan terhadap cedera atau
kerusakan dibanding dengan otot yang volume darahnya tinggi. Luas gerak sekitar
sendi juga meningkat pada temperatur yang lebih tinggi karena meningkatnya
ekstensibilitas dari tendon, ligament dan jaringan ikat yang lain. Merupakan
hal penting agar seseorang mempertimbangkan event yang berurutan untuk
meningkatkan kelentukan dengan peregangan rutin
. Kelentukan harus dilakukan setelah pemanasan agar : (1) mendapatkan hasil terbaik dan (2) mengurangi resiko cedera akibat peregangan. Kerusakan jaringan ikat bisa terjadi apabia dilakukan peregangan yang berlebihan pada saat temperatur jaringan relatif rendah. Sehingga bagi mereka yang melakukan olahraga harus tetap melakukan pemanasan lebih dahulu, agar terhindar dari kemungkinan cedera.
. Kelentukan harus dilakukan setelah pemanasan agar : (1) mendapatkan hasil terbaik dan (2) mengurangi resiko cedera akibat peregangan. Kerusakan jaringan ikat bisa terjadi apabia dilakukan peregangan yang berlebihan pada saat temperatur jaringan relatif rendah. Sehingga bagi mereka yang melakukan olahraga harus tetap melakukan pemanasan lebih dahulu, agar terhindar dari kemungkinan cedera.
Manfaat
pemanasan menurut Jhon Byl (2004) untuk
mengurangi resiko terjadinya cedera, meningkatkan kesiapan fisiologis dan
psikologis dalam melakukan aktivitas sedangkan Shellok FG dan Prentice WE
(1985), dalam penelitiannya mengenai manfaat pemanasan dihubungkan dengan streching, dan secara lengkap
menghasilkan antara lain : pemanasan dihubungkan dengan temperatur menghasilkan
peningkatan didalam pemisahan oksigen dari mioglobin dan hemoglobin, menurunkan
activation energy rates terhadap
reaksi kimia metabolisme, meningkatkan aliran darah ke otot serta mengurangi
kekentalan otot, dan meningkatkan sensitivitas sel terhadap rangsangan syaraf,
dan kecepatannya.
Manfaat
lain menurut Shellok FG dan Prentice WE (1985) bahwa pemanasan juga dapat
mengurangi kemungkinan timbulnya resiko-resiko cedera otot akibat olahraga.
Meningkatkan flexibilitas melalui streching
sebagai aktivitas persiapan awal disamping akan meningkatkan performa fisik.
Dan pada akhirnya flexibiltas yang baik maka akan mengurangi resiko cedera saat
melakukan olahraga.
Menurut
J. Alter Michael (2003) beberapa manfaat
melakukan pemanasan yang baik yaitu : meningkatkan suhu (temperatur ) tubuh
beserta jaringan-jaringannya, meningkatkan aliran darah melalui otot-otot yang
aktif, meningkatkan detak jantung sehingga dapat mempersiapkan bekerjanya
sistem kardiovaskular, menaikkan tingkat energi yang dikeluarkan oleh
metabolisme tubuh, meningkatkan pertukaran hemoglobin oksigen dalam hemoglobin,
meningkatkan kecepatan perjalanan sinyal syaraf yang memerintahkan gerakan
tubuh, meningkatkan efesiensi dalam proses recicopral innervation, yang
memudahkan otot-otot kontraksi dan relaksasi secara efisien dan cepat,
meningkatkan kapasitas kerja fisik, mengurangi ketegangan pada otot dan terjadi
peningkatan tubuh atlet secara psikologis.
3. Bentuk
–Bentuk Pemanasan
Saat ini bentuk-bentuk pemanasan sangatlah
banyak, hal ini dikarenakan pemanasan harus disesuaikan dengan olahraga atau
aktivitas fisik yang dilakukan. Namun menurut J. Alter Michael (2003) dari
berbagai bentuk-bentuk latihan pemanasan dapat dikelompokkan dalam tiga
kategori, yaitu :
1. Pemanasan
pasif (Passive warm-up) merupakan
latihan pemanasan dengan menggunakan peralatan khusus seperti penggunaaan
bantalan pemanas (heating pads),
mandi sauna (Hot showers), mandi air
panas juga merupakan jenis pemanasan pasif.
2. Pemanasan
aktif (active warm-up) biasa juga
disebut general warm-up merupakan tehnik pemanasan yang sering digunakan dalam
latihan pemanasan. Tehnik ini menggunakan beberapa gerakan yang bervariasi dan
secara tidak langsung berkaitan dengan gerakan yang dipakai dalam olahraga itu
sendiri. Yang termasuk dalam tehnik ini adalah gerakan chalasthenics, jogging, jalan
cepat.
3. Formal
warm-up (Specific warm-up), pemanasan
ini meliputi gerakan-gerakan yang menirukan gerakan-gerakan yang digunakan
dalam aktivitas olahraga yang sesungguhnya, dengan intensitas yang lebih
berkurang (menurun).
Sedangkan
menurut Burke dan Edmun R. (2001) bentuk pemanasan dikelompokkan menjadi 3
bentuk, pemanasan statis yaitu peregangan dari bagian tubuh atas menuju ke
bawah atau sebaliknya, pemanasan dinamis yaitu gerakan yang dilakukan dengan
saling berkaitan dan berkesinambungan dan pemanasan statis dan dinamis yaitu,
penggabungan antara statis dan dinamis. Intensitas dan lamanya waktu dalam
melakukan pemanasan sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan fisik atlet dan
kondisi yang ada. Pada intinya pemanasan tersebut dilakukan cukup intensif
untuk meningkatkan temperatur badan sehingga menyebabkan berkeringat akan
tetapi jangan melakukan pemanasan terlalu berlebihan sehingga menyebabkan
keletihan (J. Alter Michael, 2003).
Latihan
yang dilakukan secara aktif dan sesuai dengan aktivitas yang akan dilakukan
merupakan bentuk pemanasan yang paling baik dibandingkan dengan pemanasan
pasif, karena dengan melakukan pemanasan cara ini suhu otot akan meningkat,
demikian juga kekuatan otot akan bertambah besar disamping itu koordinasi dalam
melakukan gerakan bertambah baik (Danny J, Josep H, et al., 2006). Dengan melakukan pemanasan cara ini,
kemampuan seseorang dapat meningkat 5-50% bila dibandingkan dengan tanpa
pemanasan. Selanjutnya Danny J, et al., menjelaskan pemanasan aktif sangat
efektif bila dipraktekkan dengan durasi waktu 5-30 menit. Astrand dan rodahl
(2003) mengungkapkan lamanya latihan
pemanasan sekitar 15-30 menit. Untuk mengetahui pemanasan yang dilakukan cukup
berpedoman pada denyut nadi (120 denyut/ menit).
.4. Peregangan
Setiap orang dapat melakukan peregangan tanpa memperhatikan
umur maupun jenis kelamin, peregangan dapat dilakukan kapan saja ketika tubuh
merasa kaku setelah duduk, berdiri atau bekerja dalam waktu yang
lama.Pereganagan berhubungan dengan kelenturan (flexibilty) yaitu kemampuan untuk menggerakkan otot beserta
persendian pada seluruh daerah pergerakan (J. Alter Michael, 2003). Menurut
Arnold G. Nelson dan Jouko Kokonen (2007) peregangan adalah bentuk latihan
yang diberikan sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas fisik dan dapat dilakukan dimana saja yang anda sukai,
dengan tujuan mengurangi kemungkinan timbulnya cedera, mendeteksi adanya otot
atau sendi yang nyeri dan meningkatkan keleluasaan gerak.
Peregangan yang baik dan dilakukan dengan benar dapat memberikan pengaruh terhadap tubuh, mengurangi ketegangan otot dan membuat tubuh merasa lebih rileks, membantu koordinasi untuk memberikan gerakan yang lebih bebas dan lebih mudah, meningkatkan keleluasaan gerak, mencegah terjadinya cedera dan kekuatan otot, menjaga flexibiltas persendian dan membantu program pemanasan sebelum masuk aktivitas fisik yang sesungguhnya . Peregangan yang dilakukan dalam waktu antara 5-10 menit akan meningkatkan kekuatan, ketahanan, flexibiltas dan mobilitas range of motion (ROM) (Arnold J. Nelson & Jouko Kokonen, 2007).
Secara umum ada 3 jenis tehnik peregangan menurut Arnold J. Nelson & Jouko Kokonen (2007) yang dapat dilakukan yaitu :
Peregangan yang baik dan dilakukan dengan benar dapat memberikan pengaruh terhadap tubuh, mengurangi ketegangan otot dan membuat tubuh merasa lebih rileks, membantu koordinasi untuk memberikan gerakan yang lebih bebas dan lebih mudah, meningkatkan keleluasaan gerak, mencegah terjadinya cedera dan kekuatan otot, menjaga flexibiltas persendian dan membantu program pemanasan sebelum masuk aktivitas fisik yang sesungguhnya . Peregangan yang dilakukan dalam waktu antara 5-10 menit akan meningkatkan kekuatan, ketahanan, flexibiltas dan mobilitas range of motion (ROM) (Arnold J. Nelson & Jouko Kokonen, 2007).
Secara umum ada 3 jenis tehnik peregangan menurut Arnold J. Nelson & Jouko Kokonen (2007) yang dapat dilakukan yaitu :
1. Peregangan
statis, merupakan tehnik peregangan yang paling banyak dipergunakan, meliputi
peregangan secara pasif pada otot antagons teretentu dengan meregang pada
posisi maksimal dan menahannya untuk beberapa saat. Waktu optimal yang
diperbolehkan dalam menahan posisi regang ini bervariasi berkisar antara 3
detik terpendek sampai 60 detik terpanjang. 30 detik dianggap baik oleh
beberapa orang. Peregangan statik pada tiap otot diulangi 3-4 kali.
2. Peregangan
balistik meliputi kontraksi berulang dari otot agonis ( searah ) untuk
menghasilkan peregangan yang cepat dari otot antogonis (berlawanan). Teknik
yang kelihatannya efektif ini telah benar-benar ditinggalkan oleh hampir semua
ahli di lapangan karena peningkatan luas gerak dicapai dengan serangkaian
hentakan dan tarikan pada jaringan otot yang tertahan. Apabila daya yang
dihasilkan oleh hentakan itu lebih besar daripada kemampuan ekstensibilitas
jaringan mungkin akan terjadi cedera
3. Peregangan Teknik proprioceptive Neuromuscular
fasillitation ( PNF) banyak digunakan oleh para “Physical therapist” dalam memeriksa dan mempertimbangkan respon
fisiologis dari sistem saraf, otot, persendian dan tendon.
Peregangan dilaksanakan sebelum dan sesudah latihan atau pertandingan. Dalam pemanasan, peregangan ditampilkan pada aktivitas pertama.
2.5. Hakekat Pemanasan Pada Anak Usia Sekolah Dasar
Pemanasan merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan
anak-anak dalam suatu pembelajaran olahraga. Pemanasan memilki peran yang
sangat penting bagi anak-anak, sebelum masuk dalam kegiatan inti ketika
mengikuti pembelajaran. Menurut Joe Luxbacher (2004) menyatakan bahwa pemanasan
pada anak-anak berguna untuk menghangatkan suhu otot, melancarkan peredaran
aliran darah dan memperbanyak aliran oksigen ke dalam tubuh, memperbaiki
kontraksi otot dan kecepatan gerakan refleks, dan juga untuk mencegah kejang
otot.
Pemanasan biasanya dilakukan dengan permainan
seperti lari keliling lapangan, melakukan persegangan otot dengan gerakan
statis dan dinamis. Bentuk bentuk pemanasan tersebut di atas, tidak ada
salahnya digunakan dalam pembelajaran bagi siswa di sekolah dasar, akan tetapi
bentuk bentuk gerakan pemanasan tersebut akan terasa tidak menarik atau bahkan
anak anak menjadi bosan. Pemanasan yang menarik
sangatlah tepat diberikan bagi anak-anak di sekolah dasar. Bentuk-bentuk
pemanasan yang menarik dapat dikemas dalam sebuah permainan. Menurut Agus
Mahendra (2001) menyatakan bahwa ketika anak-anak melakukan pemanasan yang
menarik, dapat diduga bahwa secara fisik dan mental anak akan siap untuk
mengikuti pembelajaran. Kesiapan mereka ditandai oleh semangat mereka yang meningkat
naik akibat kegiatan pemanasan.
Pemanasan dalam bentuk permainan biasanya mengandung
unsur gerak yang cepat, baik yang berbasis lari atau melompat, maupun yang
berbasis gerakan melempar maupun menangkap (Agus Mahendra, 2001). Oleh karena
itu, permainan apapun yang dilakukan akan menuntut pesertanya untuk bergerak
cepat dan bersifat terus menerus. Pengaruh yang ditimbulkan oleh si anak, akan
berkembangnya kemampuan dalam hal kecepatan dan kekuatannya, serta tidak kalah
pentingnya adalah kelincahan dan daya tahannya, termasuk daya tahan kecepatan (speed
endurance).
Pelaksanaan pemanasan dalam setiap pembelajaran,
harus memperhatikan petunjuk pelaksanaan pemanasan. Menurut Agus Mahendara
(2001) menyatakan bahwa untuk pemanasan hendaknya mengikuti pedoman
sebagai berikut: 1) pemanasan cukup
dilakukan sekitar 10 menit, 2) pilihlah kegiatan yang mudah di atur dan
melibatkan semua anak dalam waktu yang sama, 3) variasikan setiap kegiatan
pemanasan dengan memperkenalkan satu atau beberapa kegiatan baru, dan 4)
berhentilah pada puncak kegiatan sehingga peserta akan kembali antusias pada
pelajaran berikutnya.
2.6. Karakteristik
Anak Usia Sekolah Dasar
Anak sekolah
dasar termasuk dalam masa anak besar. Anak besar adalah anak yang berusia
antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun, (Sugiyanto, 1991). Perkembangan fisik
yang terjadi pada masa ini menunjukkan adanya kecenderungan yang berbeda
dibanding pada masa sebelumnya dan juga pada masa sesudahnya. Kecenderungan
perbedaan ini terjadi dalam hal kepesatan dan pola pertumbuhan yang berkaitan
dengan proporsi ukuran bagian-bagian tubuh. Karakteristik anak usia sekolah dasar
menurut Harsono (2000) adalah sebagai berikut:
1. Periode
umur 5-8 tahun, diantaranya: 1) pertumbuhan tulang tulang lambat, 2) mudah
terjadi kelainan postur tubuh, 3) koordinasi gerak masih terlihat jelek atau
kurang baik, 4) sangat aktif, main sampai penat, rentang perhatian atau
konsentrasi sempit, ) dramatis, imajinatif, imitatif, peka terhadap suara-suara
dan gerak ritmis, 6) kreatif, rasa ingin tahu, senang menyelidiki dan belajar
melalui aktivitas, 7) senang membentuk kelompok-kelompok kecil, laki-laki dan
perempuan mempunyai minat sama, 8) mencari persetujuan orang dewasa (orang tua,
guru, kakak dan lain-lain), dan 9) mudah gembira karena pujian, tetapi mudah
sedih karena dikritik.
2. Periode
umur 9-11 tahun, diantaranya: 1) dalam periode pertumbuhan yang tetap,
otot-otot tumbuh cepat dan membutuhkan latihan, postur tubuh cenderung buruk,
oleh karena itu dibutuhkan latihan-latihan pembentukan tubuh, 2) penuh energi,
akan tetapi mudah lelah, 3) timbul minat untuk mahir dalam suatu keterampilan
fisik tertentu dan permainan-permainan yang terorganisir, tetapi belum siap
untuk mengerti peraturan yang rumit, rentang perhatian lebih lama, 4) senang
dan berani menantang aktivitas yang agak keras, 5) lebih senang berkumpul
dengan lawan sejenis dan sebaya, 6) menyenangi aktivitas yang dramatis,
kreatif, imajinatif, dan ritmis, 7) minat untuk berprestasi individual,
kompetitif, dan punya idola, 8) saat yang baik untuk medidik moral dan perilaku
sosial, dan 9) membentuk kelompok-kelompok dan mencari persetujuan kelompok.
3. Periode
umur 11-13 tahun, diantaranya: 1) memasuki periode transisi dari anak ke
pradewasa, perempuan biasanya lebih dewasa (mature) daripada laki-laki,
akan tetapi laki-laki memiliki daya tahan dan kekuatan yang lebih, 2)
Pertumbuhan tubuh yang cepat, tetapi kurang teratur, sering menyebabkan
keseimbangan tubuh terganggu, karena gerakangerakannya cenderung kaku, dan
dapat berlatih sampai penat, 3) lebih mementingkan keberhasilan kelompok/tim,
dibanding individu, lebih menyenangi permainan dan pertandingan yang
menggunakan peraturan resmi dan lebih terorganisir, ingin diakui dan diterima
sebagai anggota kelompok, 4) adanya minat dalam aktivitas yang dapat
meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, mulai adanya minat untuk latihan
fisik, 5) senang berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi aktif, perlu ada bimbingan dan pengawasan dalam
pergaulannya dengan lawan jenis, 6) kesadaran diri mulai tumbuh, demikian pula
emosi, meskipun masih kurang terkontrol/terkendali, dan mencari persetujuan
orang dewasa, 7) peduli akan prosedur-prosedur demokratis dan perencanaan tim,
semakin kurang dapat menerima sikap otoritas dan otokrasi orang lain.
2.7.
Prinsip-prinsip Pemilihan Permainan
Pemilihan permainan yang akan diberikan kepada anak
hendaknya perlu memperhatikan beberapa pertimbangan. Menurut Pangrazi (1989)
apabila seorang guru dalam memilih dan mengevaluasi sebuah permainan yang akan
diberikan kepada anak, perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya:
keterampilan yang diperlukan, jumlah anak yang ikut atau berpartisipasi,
kompleksitas, panjangnya/lamanya permainan, dan kemajuan. Anak harus menerima
umpan balik yang positif dari pengalaman permainan yang dilakukan.
Apabila dalam melakukan permainan, anak merasa bosan dan tidak senang, maka evaluasi segera dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan permainan tersebut. Selanjutnya menurut Gabbard (1987) menyatakan bahwa dalam memilih sebuah permainan, perlu memperhatikan poin-poin yang harus diterapkan. Poin-poin tersebut diantaranya: 1) permainan harus bersifat menyenangkan, 2) permainan harus menyediakan aktivitas untuk semua anak secara maksimal, 3) meningkatkan pengembangan keterampilan gerak yang dibutuhkan, dan atau mengembangkan serta memilhara kebugaran, dan 4) mencakup keseluruhan peserta dan bukan pengurangan peserta permainan.
Gabbard (1987) menyatakan bahwa diperlukan beberapa tambahan sebagai petunjuk dan pertimbangan dalam memilih permainan, yang diantaranya: 1) penggunaan kemajuan permainan, dari bentuk permainan yang kecil kemudian ke sebuah tim permainan, 2) ketika melakukan pemilihan permainan, diperlukan peningkatan /kemajuan jumlah dan kompleksitas peraturan serta strategi, 3) menggunakan situasi permainan untuk evaluasi dan meningkatkan perilaku afektif dan juga kecakapan keterampilan gerak, 4) keamanan harus sebagai dasar yang harus dipertimbangkan, 5) tempatkan anak ke dalam sebuah formasi dan buatlah petunjuk bila dimungkinkan, 6) meskipun partisipasi sangat ditekankan, jika partisipasi anak perlu dikurangi, disarankan hanya hanya satu atau dua putaran, dan 7) hindari penekanan yang berlebihan dalam sebuah kompetisi.
Apabila dalam melakukan permainan, anak merasa bosan dan tidak senang, maka evaluasi segera dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan permainan tersebut. Selanjutnya menurut Gabbard (1987) menyatakan bahwa dalam memilih sebuah permainan, perlu memperhatikan poin-poin yang harus diterapkan. Poin-poin tersebut diantaranya: 1) permainan harus bersifat menyenangkan, 2) permainan harus menyediakan aktivitas untuk semua anak secara maksimal, 3) meningkatkan pengembangan keterampilan gerak yang dibutuhkan, dan atau mengembangkan serta memilhara kebugaran, dan 4) mencakup keseluruhan peserta dan bukan pengurangan peserta permainan.
Gabbard (1987) menyatakan bahwa diperlukan beberapa tambahan sebagai petunjuk dan pertimbangan dalam memilih permainan, yang diantaranya: 1) penggunaan kemajuan permainan, dari bentuk permainan yang kecil kemudian ke sebuah tim permainan, 2) ketika melakukan pemilihan permainan, diperlukan peningkatan /kemajuan jumlah dan kompleksitas peraturan serta strategi, 3) menggunakan situasi permainan untuk evaluasi dan meningkatkan perilaku afektif dan juga kecakapan keterampilan gerak, 4) keamanan harus sebagai dasar yang harus dipertimbangkan, 5) tempatkan anak ke dalam sebuah formasi dan buatlah petunjuk bila dimungkinkan, 6) meskipun partisipasi sangat ditekankan, jika partisipasi anak perlu dikurangi, disarankan hanya hanya satu atau dua putaran, dan 7) hindari penekanan yang berlebihan dalam sebuah kompetisi.
2.8. Pemanasan Dalam Bentuk Permainan pada
Anak Usia Sekolah Dasar.
Menurut Thomas Khaterine et al, (2000) dalam
kegiatan pemanasan pada anak usia sekolah dasar biasanya lebih ditekankan
latihan dalam bentuk permainan yang dilakukan meliputi latihan keterampilan. Adapun latihan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pengenalan
bagian tubuh anak.
Peralatan
yang digunakan adalah kantong kecil yang diisi dengan kapas. Pemanasan yang
dilakukan adalah dengan melempar kantong-kantong dengan lemparan zig-zag secara
berpasangan.
Setelah melakukan kegiatan tersebut, anak disuruh memegang kantong dan atas perintah meletakkan kantong tersebut ke bagian-bagian tubuh anak (misalnya kepala, bahu, tangan, kaki dll) kemudian anak menyebutkan bagian tubuh tersebut. Kegiatan ini dilakukan dengan berjalan ataupun di tempat.
Setelah melakukan kegiatan tersebut, anak disuruh memegang kantong dan atas perintah meletakkan kantong tersebut ke bagian-bagian tubuh anak (misalnya kepala, bahu, tangan, kaki dll) kemudian anak menyebutkan bagian tubuh tersebut. Kegiatan ini dilakukan dengan berjalan ataupun di tempat.
2. Melempar,
Menangkap dan Melambungkan Kantong.
Melakukan
lempar dan tangkap melewati tali. Pada lempar dan tangkap awal dilakukan tanpa
menggunakan aturan. Setelah beberapa kali dilakukan kemudian digunakan aturan
untuk melempar dengan tangan kanan (kecuali kidal) dan menangkap dengan tangan
kiri.


Sedangkan menurut Jhon Byl (2004) menyatakan bahwa pemanasan tubuh dalam sebuah kelas pendidikan jasmani harus dilakukan dalam bentuk permainan rekreasi. Pada anak-naka usia sekolah dasar harus diberikan pemanasan yang membuat lebih banyak bergerak. Adapun pemanasan dalam bentuk permainan yaitu :
1. Quick movement Games adalah
berupa bentuk permainan yang berupa peningkatan gerakan secara positif baik
fokus anak baik secara positif maupun kognitif misalnya : high fives games, aturan pemain dalam dua baris saling berhadapan
dalam formasi pemain terhuyung adalah dua sampai empat langkah terpisah. bagi
pemain untuk pemanasan oleh tos satu sama lain untuk waktu yang ditetapkan atau
jarak. Cara bermain pemain pertama (P1)
berlari antara dua baris pemain, tos setiap pemain yang dilalui, ketika
P1 mencapai akhir dari baris, lalu ia berdiri empat langkah didekat P7 pada
deret terakhir.
2.
Octopus Tag, cara bermain satu orang berdiri di tengah-tengah area batasan. Sisa
anak-anak berbaris pada akhir batas dan ketika tagger yang
mengatakan
pergi mereka semua lari ke sisi lain dari batas. Siapapun tag tagger kemudian
harus tinggal dan membantunya, kecuali bahwa orang-orang tambahan yang ditandai
harus duduk, dan hanya bisa membantu dengan menggunakan tangan mereka. Ini
kembali dan seterusnya sampai Anda turun ke orang terakhir yang kemudian
memulai babak berikutnya. Ini permainan yang menyenangkan bila dimainkan dengan
banyak anak-anak.
3. igator In The Swamp, kelompok pertama berbaring dengan tengkurap sebagai (buaya). Kelompok kedua adalah pelari. Pada sinyal mengatakan “GO” pelari harus berlari melintasi seluruh area bermain yang berlawanan dengan posisi baris agar aman dari buaya. Buaya meninggalkan lingkaran mereka untuk mengejar pelari. Jika pelari ditandai oleh buaya mereka harus duduk sampai pertandingan berikutnya. Ulangi ini dari sisi lain dari daerah bermain setiap kali. Ketika 3 sampai 5 orang yang tersisa, mulai lagi.
3. igator In The Swamp, kelompok pertama berbaring dengan tengkurap sebagai (buaya). Kelompok kedua adalah pelari. Pada sinyal mengatakan “GO” pelari harus berlari melintasi seluruh area bermain yang berlawanan dengan posisi baris agar aman dari buaya. Buaya meninggalkan lingkaran mereka untuk mengejar pelari. Jika pelari ditandai oleh buaya mereka harus duduk sampai pertandingan berikutnya. Ulangi ini dari sisi lain dari daerah bermain setiap kali. Ketika 3 sampai 5 orang yang tersisa, mulai lagi.
4.
Circle
Relay, Kata Kuncinya menyelesaikan relay secepat mungkin. Aturan permainannya adalah pemain berdiri
dengan jarak terpisah dalam formasi lingkaran dengan diameter delapan langkah.
Cara bermain Pemain Pertama (P1) berlari dan melakukan tag kepada (P2).
Selanjutnya (P1) menempati tempat (P2). P2 kemudian melakukan tag ke P3 dan
begitu seterunya sampai pemain terakhir dan permainan selesai.
5.
Parachute Games adalah
sebuah permainan yang melatih kerjasama, kepercayaan, komunikasi, keterampilan
sosial anak dan melatih otot bagian atas. Cara permainan ini adalah melibatkan
kain parasut lembut, bergerak atau berbaring di bawah atau di atasnya, dan
melihat itu naik dan turun, dan bola
kegembiraan tambahan dapat ditambahkan. Berbagai macam permainan yang berbeda
dapat dimainkan, bola dapat memantul atas dan bawah pada parasut, anak-anak
belajar untuk bekerja sama untuk menjaga bola pada parasut atau memantul
mereka.
3.
KESIMPULAN
Latihan
pemanasan (Warming-up) merupakan salah satu bagian dasar dari program latihan
permulaan (conditioning program),
latihan pemanasan terdiri dari sekelompok latihan gerakan yang dilakukan pada
saat hendak melakukan aktivitas olahraga (J.After Michael, 2003). Pemanasan
hendaklah terdiri dari tiga bagian yaitu : peregangan (streching), senam (chalestenic)
dan aktivitas formal (formal activity).
Secara fisisologis melakukan latihan pemanasan akan meningkatkan suhu tubuh dan
otot. Contoh meningkatnya suhu tubuh dan otot akan meningkat dalam : aktvitas
enzim, meningkatkan peredaran darah dan penyediaan oksigen, dan waktu kontraksi
secara reflex (Fox et al., 1993). Manfaat pemanasan menurut Jhon Byl (2004) untuk mengurangi resiko terjadinya
cedera, meningkatkan kesiapan fisiologis dan psikologis dalam melakukan
aktivitas.
menurut
J. Alter Michael (2003) dari berbagai bentuk-bentuk latihan pemanasan dapat
dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu : Pemanasan pasif (Passive warm-up) merupakan latihan
pemanasan dengan menggunakan peralatan khusus. Pemanasan aktif (active warm-up) biasa juga disebut general warm-up tehnik ini menggunakan beberapa gerakan yang bervariasi dan
secara tidak langsung berkaitan dengan gerakan yang dipakai dalam olahraga itu
sendiri. Formal warm-up (Specific warm-up),
pemanasan ini meliputi gerakan-gerakan yang menirukan gerakan-gerakan yang
digunakan dalam aktivitas olahraga yang sesungguhnya, dengan intensitas yang
lebih berkurang.
Pemanasan
merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan anak-anak dalam suatu pembelajaran
olahraga. Pemanasan memilki peran yang sangat penting bagi anak-anak, sebelum
masuk dalam kegiatan inti ketika mengikuti pembelajaran. Pemanasan dalam bentuk
permainan biasanya mengandung unsur gerak yang cepat, baik yang berbasis lari
atau melompat, maupun yang berbasis gerakan melempar maupun menangkap (Agus
Mahendra, 2001). Anak sekolah dasar termasuk dalam masa anak besar. Anak besar
adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun, (Sugiyanto,
1991). Perkembangan fisik yang terjadi pada masa ini menunjukkan adanya
kecenderungan yang berbeda dibanding pada masa sebelumnya dan juga pada masa
sesudahnya.
Menurut
Pangrazi (1989) apabila seorang guru memilih permainan yang akan diberikan
kepada anak, perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya: keterampilan yang
diperlukan, jumlah anak yang ikut atau berpartisipasi, kompleksitas, lamanya
permainan, dan kemajuan. Anak harus menerima umpan balik yang positif dari
pengalaman permainan yang dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus
Mahendra. (2003). Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas,
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Luar Biasa, Bagian Proyek
Pendidikan Kesehatan Jasmani Pendidikan Luar Biasa.
Alter,
Michael J. 2003. 300 Tehnik Peregangan
Olahraga. Jakarta : PT. Raja Grafindo persada.
Arnold
G. Nelson and Jouko Kokonen, 2007. Stretching
Anatomy. USA : Human Kinetics.
Astrand,
P.O. and K. Rodhal. 2003. Textbook of Work Physiology, Physiological Bases of Exercise Human Kinetics. UK:
Kinetics, Stanningley.
Byl,
Jhon. 2004. 101 Fun Warm-Up and Coll Down
Games. New zealand: Human Kinetics.
Bompa,
Tudor O. 1999. Theory and Methodology of Training : The Key to Athletic
Performance. Auckland New Zealand: Human Kinetics.
Burke,
Edmund R.2001. Panduan Lengkap Latihan
Kebugaran Dirumah. Jakarta : PT. Rajagrafindo persada.
Danny
J. McMillian, Josep H. Moore, Brian S. Hatler, Dean C. Taylor, 2006. Dynamic vs Static- Streching Warm-Up : The
Effect On Power And Agility Performance. Journal of Strength and Condition
Reseacrh. New York. Pp 20(3), 492-499.
Fox
E et al., 1993. The Pysiological Basis for Exercise and Sport. WCB. Brown and Bencmark.
Inc.
Gabbard,
Carl. et al,. 1987. Physical Education for Children: Building the Foundation.
New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Harsono. (2000). Pemanduan
dan Pembinaan Bakat Usia Dini. Jakarta: KONI.
Joe
Luxbacher. (2004). Sepakbola: Taktik dan Teknik Bermain. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Mangi,
R., Jokl P., dayton W., 1987. Sports Fitness and Training. Pantheon
Books New York.
Pangrazi,
Daur P. dan Daur, Victor P. 1989. Dynamic Physical Education for Elementary
School Children. (Nine Edition). USA: Macmillan Publishing Company.
Shellock,
FG., Frentice, WE., 1985. Warming-Up and
Streching For Improved Physical Performance and Prevention Of Sports-Related
Injuries.
Strauss
R.H, 1979. Sport Medicine And Physiology.
W.B. Saunders.
Sugiyanto.
(1991). Perkembangan Gerak. Jakarta: Depdikbud, Proyek Penataran Guru,
Bagian Proyek Penataran Guru Penjas.
Thomas.
Katherine T.. Lee. Amelia M..Thomas. Jerry R. (2000). Physical Education For
Children: Dailly Lesson Plans for Elementary School-2nd ed. United Stated:
Human Kinetic.
Http://Www.Primaryresources.Co.Uk/Pe/Docs/Warm_Ups_Cool_Downs.Doc
(diakses pada 12 November 2013).
Http://Www.Limerickcitysports.Ie/Uploads/Glr%20kids%20run/Warmup_Cooldown.Pdf
(diakses pada 12 November 2013).
Http://Carapedia.Com/Definisi_Pengertian_Pemanasan_Olahraga_Info953.Html.
(diakses pada 12 November 2013).
Https://Www.Google.Com/Search?Q=Quick+Movement+Games+For+Kids&Source-Creative-Playground-Games-For-Kid. (diakses pada 17 November 2013).
Http://Www.Easy-Party-Ideas-And-Games.Com/
(diakses pada 18 November 2013).
http://www.gctrips.org/bahamas.htm
(diakses pada 18 November 2013).
ass.. kanda mwka jadikan referensi postinganta u/ skripsi.syukran ikor
ReplyDelete